LABORATORIUM AGAMA
MAKALAH
INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MANDIRI
MATA
KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA
PAI
Dosen
Pengampu : Dr.Sukiman M.Ag
Disusun
Oleh :
Kartika Hartanti (10411007)
Hanifan Fahmi Hidayat (10411021)
Jamaludin (10411035)
4-PAI-A
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puja serta puji syukur kita kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kita segala kenikmatan terutama nikmat sehat dan kesempatan sehingga
penyusunan makalah mata kuliah Pengembangan Media PAI dengan judul “Laboratorium Agama”dapat
diselesaikan oleh penulis sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan
ditugaskan oleh dosen pembimbing.
Makalah
ini merupakan tugas perkuliahan Pengembangan
Media PAI pada Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.Sebagai tugas tugas kelompok dalam pemecahan masalah mengenai Laboratorium Agama.
Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini oleh sebab itu
penulis membutuhkan sumbangan yang bersifat korektif untuk penyempurnaannya,dan
akhirnya penulis sangat mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfa’at dalam
menunjang pelaksanaan pembelajaran yang sedang kita laksanakan bersama pada
saat ini dan bermanfa’at pula bagi semua orang.
Yogyakarta,6
April 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Laboratorium Agama ?
2. Bagaimanakah
fungsi dan peranan Laboratorium Agama ?
3. Bagaimanakah
Pengelolaan Laboratorium ?
4. Bagaimana
kekurangan dan kelebihan Laboratorium agama ?
5. Bagaimana
Penerapan Laboratorium Agama dalam Pendidikan ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Laboratorium Agama
Menurut KBBI Laboratorium adalah
tempat atau kamar dan sebagainya tertentu yang dilengkapi dengan peralatan untuk
mengadakan percobaan (penyelidikan dan
seb)
Menurut Oxford English Dictionary Laboratorium adalah ruang
atau bangunan yang dilengkapi dengan peralatan untuk melakukan percobaan
ilmiah, penelitian, praktek pembelajaran, atau pembuatan obat-obatan dan bahan-bahan
kimia.
Sedangkan Menurut PERMENPAN No. 3 Tahun 2010
Laboratorium adalah unit penunjang akademik pada lembaga
pendidikan, berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau
bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi,
dan/atau produksi dalam skala terbatas, dengan menggunakan peralatan dan bahan
berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan pendidikan,
penelitian, dan/atau pengabdian kepada masyarakat.[1]
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa laboratorium Agama (disingkat lab. Agama) adalah
suatu bangunan yang di dalamnya dilengkapi dengan peralatan dan bahan-bahan
berdasarkan metode keilmuan tertentu untuk melakukan percobaan ilmiah,
penelitian, praktek pembelajaran, kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau
produksi bahan tertentu dalam hal kaitannya dengan persoalan Agama.
Untuk
tingkat Perguruan Tinggi terutama di Jurusan Tarbiyah laboratorium ini sangat
berfungsi untuk menunjang kegiatan-kegiatan dalam pengajaran. Terdiri dari
peralatan Micro Teaching dan kelas untuk praktek mengajar. Selain itu juga
menjadi media untuk melakukan eksperimen teori serta program-program yang
ditemukan oleh para dosen. Laboratorium ini dikelola oleh seorang dosen dan
asistennya.
B.
Konsep
Pengelolaan Laboratorium Agama/ Masjid
Ada 3 bidang pembinaan yang harus dilaksanakan :
1.
Pembinaan
bidang Idarah (manajemen)
Dengan luasnya fungsi masjid,
pengelolaan masjid harus dilakukan dengan manajemen modern dan professional,
jika masjid hanya dikelola secara tradisional maka masjid tidak akan mengalami
kemajuan dan akan tertinggal. Untuk itu perlu adanya manajemen masjid atau
Idarah dengan meningkatkan kualitas dalam pengorganisasian kepengurusan masjid
dan pengadministrasian yang rapi, transparan, mendorong partisipasi sehingga tidak terjadi penyalahgunaan
wewenang di dalam kepengurusan.
2.
Pembinaan
bidang Imarah (Memakmurkan masjid)
Memakmurkan masjid menjadi kewajiban setiap muslim yang
mengharapkan untuk memperoleh bimbingan dan petunjuk Allah SWT.
3.
Pembinaan
bidang Riayah (Pemeliharaan Masjid)
Dengan adanya pembinaan bidang
riayah, masjid akan tampak bersih, indah dan mulia sehingga dapat memberikan
daya tarik rasa nyaman dan menyenangkan bagi siapa saja yang memandang,
memasuki dan beribadah didalamnya.
Dalam management kepengurusan, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain :
1.
Memilih
dan menyusun Pengurus
2.
Penjabaran
Program Kerja
3.
Rapat
dan notulen
4.
Kepanitiaan
5.
Rencana
Kerja dan Anggaran Pengelolaan (RKAP) tahunan
6.
Laporan
Pertanggungjawaban Pengurus
7.
Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
8.
Pedoman-pedoman
organisasi dan implementasinya
9.
Yayasan
Masjid
C. Fungsi dan Peranan Laboratorium Agama
Fungsi laorbarotrium
yaitu sebagai sumber belajar dan mengajar, sebagai metode pengamatan dan metode
percobaan, sebagai prasarana pendidikan atau sebagai wadah dalam proses belajar
mengajar.
Secara umum fungsi semua laboratorium adalah antara lain :
1.
Sebagai
tempat dilakukannya percobaan
Alat-alat laboratorium dan bahan-bahan praktikum tidak
mungkin semuanya diletakkan dalam kelas, oleh karena itu percobaan dilakukan di
dalam laboratorium.
2.
Sebagai
tempat penunjang kegiatan kelas
Dengan adanya kegiatan pembalajaran di laboratorium,
siswa dapat mengamati gejala-gejala yang terjadi dalam percobaan secara
langsung dan tidak hanya belajar menurut teori-teori yang ada.
3.
Sebagai
tempat display / pameran
Laboratorium juga dapat digunakan sebagai tempat pameran
atau display dari hasil-hasil percobaan atau penelitian yang telah dilakukan,
agar memberi gambaran lebih dan dapat memotivasi untuk penelitian atau
percobaan yang lebih baik.
4.
Sebagai
tempat koleksi sejumlah species langka
Dengan adanya koleksi sejumlah species memudahkan siswa
mengamati secara langsung spesies yang mungkin sulit untuk menemukannya.
5.
Sebagai
museum kecil
Hasil-hasil penelitian dan sejumlah species langka
di kumpulkan dan diklasifikasikan, sehingga laboratorium dapat digunakan
sebagai museum kecil.
Adapun tujuan dengan adanya Laboratorium Agama bagi siswa
maupun mahasiswa yaitu:
1. Digunakan untuk tempat ibadah
2. Untuk memberikan lebih pemahaman dalam keagamaan
3. Untuk kegiatan para siswa seperti pengajian
4. Untuk kegiatan Rohis
5. Memberi keterampilan dan pelatihan mengajar pada
mahasiswa
6. Membuat media pembelajaran agama
7. Mengevaluasi proses belajar mengajar di PAI dan
mengembangkannya
8. Pengajian halaqoh dll.
Untuk kegiatan di laboratorium agama dalam tingkat SD,
SMP dan SMA masih sebatas dengan sholat berjamaah, pendalaman ilmu tentang
agama, pengajian dan juga untuk kegiatan anak-anak. Sedangkan untuk jenjang
Perguruan Tinggi kegiatannya adalah:
1.
Mengatur
kegiatan beberapa perkuliahan di Micro Teaching.
2.
Mengatur
dan melaksanakan kegiatan pembekalan PPL.
3.
Mengadakan
pelatihan dan penyeliaan pengajaran bagi dosen PAI.
4.
Mengadakan
eksperimen dan diskusi-diskusi tentang teori-teori pengajaran dan pendidikan
agama.
5.
Membuat
modul dan media pengajaran agama Islam.
Dalam pembelajran Agama Islam Laboratorium agama sangat penting peranannya
standar kompetensi untuk peserta didik dalam Laboratorium Agama ialah para
peserta didik
C.
Pengelolaan
Laboratorium Agama
D.
Masjid
sebagai Media Pendidikan
Media pembelajaran merupakan salah satu unsur yang
terdapat dalam proses belajar dan mengajar. Media adalah segala sesuatu yang
digunakan sebagai tempat penerima dan memberi pesan. Dengan adanya media
pembelajaran maka dapat memudahkan guru mengajar dan siswa belajar.Sebagai
alternatif fungsi edukasi, masjid
memiliki tiga fungsi, yaitu fungsi religi, fungsi sosial, dan fungsi
pendidikan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memakmurkan dan
mengembalikan masjid kepada fungsinya sebagai pusat pemberdayaan dan
pengembangan kaum muslim, antara lain :
a)
Mengintensifkan
Kajian-kajian Keislaman (Majelis Ta’lim)
Dewasa ini, masyarakat melihat bahwa keberadaan majelis
ta’lim merupakan salah satu alternatif bagi pembinaan mental keagamaan, sesuatu
yang selama ini kurang dapat diberikan oleh lembaga pendidikan formal melalui
kurikulum yang bersifat intrakurikuler. Pada saat lembaga-lembaga pendidikan
formal, baik umum maupun agama, yang dilaksanakan pemerintah maupun swasta
mulai dirasa kurang mampu membina mental keagamaan dan penguasaan terhadap
tuntutan praktis dan ajaran agama secara memuaskan. Lembaga-lembaga pendidikan
umum dan agama, sulit menghasilkan lulusan yang betul-betul memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran agama dengan baik. Mereka tidak dapat
membaca ayat-ayat al-Quran dengan baik, melaksanakan ibadah shalat dengan baik,
kurang giat melakukan ibadah ritual, kurang dapat menjiwai ajaran dan
nilai-nilai ajaran agama serta mulai merosot akhlaknya.
Munculnya fenomena tersebut telah banyak dicarikan akar
penyebabnya. Di antaranya, kurangnya jam pelajaran agama, kurangnya perhatian
dan waktu pembinaan yang dilakukan orang tua di rumah, tidak sebandingnya bekal
agama yang dimiliki para peserta didik dengan tantangan arus budaya global yang
berdampak negatif, lingkungan yang kurang sehat, dan bergesernya konsep
pendidikan menjadi konsep pengajaran yang lebih menekankan pada pengisian otak
si anak dengan berbagai pengetahuan.
Sejumlah alasan tersebut memberikan peluang sangat luas
dan terbuka bagi majelis taklim untuk menampilkan keberadaannya sebagai wahana
dan metode pembelajaran agama yang dinamis dan demokratis, di tengah-tengah
keformalan dan keterbatasan metode pembelajaran agama secara klasikal dan
konvensional di sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan formal lainnya
b)
Melibatkan
para pemuda
Tidak diragukan lagi bahwa para pemuda memiliki peran
yang sangat penting dalam tatanan kehidupan manusia secara umum dan masyarakat
kaum muslimin secara khusus, karena jika mereka pemuda yang baik dan terdidik
dengan adab-adab Islam maka merekalah yang akan menyebarkan dan mendakwahkan
kebaikan Islam serta menjadi nakhoda umat ini yang akan mengantarkan mereka
kepada kebaikan dunia dan akhirat. Hal ini dikarenakan Allah telah memberikan
kepada mereka kekuatan badan dan kecemerlangan pemikiran untuk dapat
melaksanakan semua hal tersebut.
Masjid dalam hal ini tentu saja juga memiliki peran dan
posisi yang strategis guna mengawal golongan generasi muda tersebut melewati
masa peralihannya yang penuh gejolak itu dengan baik, yaitu utamanya dalam
wadah organisasi remaja masjid. Tercatat, saat ini telah mulai banyak berdiri
organisasi remaja masjid di banyak masjid dan menjadi bagian resmi dari
struktur organisasi kepengurusan masjid. Di dalam organisasi ini, para anggota
remaja Islam dibina dan dibentuk karakter kepribadian dan kecerdasannya
sehingga kelak mampu menjalani kehidupan yang lebih Islami. Caranya, lewat
berbagai macam metode dan kegiatan, di mana minat, bakat, dan kemampuan positif
yang dimiliki para remaja tetap dapat diakomodasi dan disalurkan.
Bagi masjid sendiri, keberadaan organisasi remaja masjid
sejatinya juga penting dalam mendukung tercapainya kemakmuran masjid yang
dicita-citakan. Pasalnya, kendati tanpa remaja kegiatan masjid tetap bisa
berjalan, namun secara jangka panjang tidak ada jaminan hal tersebut akan terus
berlangsung, bahkan menjadi lebih baik dan bermutu. Bagaimanapun, keadaan
masjid pada sepuluh, dua puluh, atau tiga puluh tahun mendatang, salah satu
tolok ukurnya adalah bagaimana kondisi remajanya pada masa sekarang. Bila tidak
ada pembinaan dan proses pengkaderan yang terstruktur, berjenjang, dan
berkesinambungan sejak dini, bisa dipastikan masa depan masjid bersangkutan
akan suram.
Hal demikian kiranya yang masih kurang dipahami oleh
sementara kalangan pemimpin masjid. Tidak heran, kalaupun terdapat organisasi
remaja masjid, proses awal pembentukkannya tidak melibatkan kalangan remaja
secara aktif dan luas. Sementara, dalam praktiknya pun organisasi ini hanya
ditempatkan sekadar “pelengkap penderita”, yang sewaktu-waktu dapat
dimobilisasi atau digerakkan oleh kalangan tua untuk membantu merealisasikan
aneka kegiatan masjid. Semisal, yang kerap terjadi, dalam penyelenggaraan PHBI
(Peringatan Hari Besar Islam) dan kerja bakti di masjid
Salah satu faktor penyebab mundurnya peradaban dan umat
Islam adalah jauhnya umat Islam dari ilmu pengetahuan (baca: buku). Pembinaan
umat yang selama ini berjalan cenderung hanya menggunakan pendekatan komunikasi
lisan satu arah yang justru membuat para jamaah terbiasa dengan budaya dengar.
Pembinaan terpusat pada dai, ustadz, atau juru dakwah semata. Alhasil, jamaah
tidak termotivasi, tidak mandiri, dan menjadi pasif dalam mendalami ajaran
Islam.
Membaca merupakan bagian paling penting dari proses
menuntut ilmu. Dengan membaca kita jadi tahu apa yang selama ini tidak kita
ketahui. Dengan membaca inilah ilmu kita dapatkan, amal bisa kita tegakkan, dan
dakwah bisa kita suarakan, Perpustakaan masjid sebagai perpustakaan komunitas
bisa menjadi sebuah alternatif yang sangat bagus jika dikelola dengan baik.
Bayangkan, jika setiap masjid di kampung dan desa mempunyai perpustakaan, tentu
akan semakin mudah bagi masyarakat untuk mengakses bahan-bahan bacaan,
Perpustakaan masjid akan menjadi sumber bacaan yang lebih merakyat karena tidak
membutuhkan birokrasi yang rumit. Namun kenyataannya, praktek di lapangan
sering berbeda dengan kondisi ideal yang diinginkan.
BAB
III
PENUTUP
A. Keimpulan
B. Kritik
dan saran
Sebagai pengajar, pendidik atau
seorang guru, dosen yang mengajarkan Pendidikan Agama Islam harusnya
tidak terlalu menonjolkan keetnisannya dan hendaklah memberikan contoh dialog
serta toleransi yang saling menghargai satu sama lainnya, agar
terwujudnya Tujuan Pendidikan Pendidikan sesuai
harapan yang dicita-citakan bangsa demi tegaknya integritas bangsa.
Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini oleh sebab itu
penulis membutuhkan sumbangan yang bersifat korektif untuk penyempurnaannya,dan
akhirnya penulis sangat mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfa’at dalam
menunjang pelaksanaan pembelajaran yang sedang kita laksanakan bersama pada
saat ini dan bermanfa’at pula bagi semua orang.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurcholish madjid, Kaki langit Peradaban Islam, 2009.
Paramadina : Jakarta.